Konphalindo (2002) Revolusi Biru : Menebar Udang, Menuai Bencana.
Full text not available from this repository.Abstract
Revolusi biru telah mengubah sebagian besar petambak tradisional menjadi petambak komersial, bahkan sempat mendu-dukkan Indonesia sebagai salah satu produsen udang terbesar di dunia. Namun pada pertengahan 1990-an, petambak udang Indo-nesia kewalahan menghadapi epidemi virus udang selama empat tahun dan menyebabkan tingkat kematian hampir 100 persen di banyak daerah. Tidak ada petambak yang berhasil lolos ketika wabah penyakit menyerang. Yang penting dicatat, ada tiga dampak ekologi utama akibat cepatnya perkembangan industri budidaya udang. Pertama, hilangnya sejumlah besar kawasan hutan mangrove yang sangat penting secara ekologi dan ekonomi akibat kepentingan ekspansi tambak udang. Kedua, tingginya tingkat penggunaan pupuk kimia, pestisida, dan antibiotik dalam tambak udang intensif (termasuk limbah yang dihasilkan tambak itu sendiri) menimbulkan masalah pencemaran yang signifikan. Dan ketiga, penggunaan air bersih secara berlebihan di kawasan pesisir menyebabkan intrusi air laut ke dalam sumur-sumur air di daerah pesisir. Dialog terbuka dan transparan antara pemerintah daerah, masyarakat lokal, dan perusahaan tambak sebenarnya dapat menjadi langkah awal dalam membangun model tambak udang berkelanjutan yang ekologis dan tepat secara sosial di Indonesia
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | Collections > Koleksi Perpustakaan Di Indonesia > Perpustakaan Di Indonesia > JKPKJPLH > Perpustakaan Konphalindo > Publication > BUKU |
Divisions: | Universitas Komputer Indonesia > Perpustakaan UNIKOM |
Depositing User: | Admin Repository |
Date Deposited: | 16 Nov 2016 07:38 |
Last Modified: | 16 Nov 2016 07:38 |
URI: | http://repository.unikom.ac.id/id/eprint/3883 |
Actions (login required)
View Item |