Utomo, Wahyudi (2006) KAMPANYE ANTI EKSPLOITASI TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR ( Mempekerjakan Anak Sebagai Pembantu Rumah Tangga). Diploma thesis, Universitas Komputer Indonesia.
Full text not available from this repository.Abstract
Eksploitasi terhadap anak di bawah umur ialah, pemerasan atau penggunaan anak sebagai PSK ( Pekerja Seks Komersial ) atau bentuk-bentuk pemerasan seksual lainnya, dijadikan sebagai pekerja industri, perbudakan atau praktek-praktek yang serupa dengan perbudakan, pemaksaan sebagai pelayan atau pembantu rumah tangga. Dalam Sektor pekerja rumah tangga di Indonesia, dan di seluruh dunia, umumnya dilakukan oleh perempuan atau anak perempuan dan seringkali dianggap sebagai kelanjutan dari tugas perempuan di masyarakat, yaitu dalam hal perawatan rumah dan keluarga. Pekerjaan tersebut berada di lingkungan pribadi, tidak diatur oleh pemerintah, dan tertutup dari amatan masyarakat. ILO memperkirakan lebih banyak anak perempuan berusia di bawah enam belas tahun yang bekerja di bidang jasa rumah tangga dibandingkan dengan kategori pekerjaan anak lainnya di seluruh dunia. Karena pekerjaan tersebut umumnya dilakukan oleh perempuan dan anak perempuan, dan seringkali dipandang sebagai kelanjutan dari pekerjaan rumah tangga sehari-hari tanpa perlu dibayar, pekerjaan rumah tangga ini dianggap sebagai pekerjaan yang kasar dan tidak membutuhkan keterampilan. Perlu diingat bahwa pekerja rumah tangga sering disebut sebagai “pembantu” dan bukan “pekerja” baik oleh pemerintah maupun oleh majikan mereka. Gambaran ini sangat merugikan karena dengan gambaran tersebut terdapat kesan bahwa pekerjaan rumah tangga itu tidak perlu dibayar. Keadaan ini terjadi selain banyaknya rakyat miskin di Indonesia, serta tidak mampunya pemerintah dalam mengupayakan pendidikan murah dan maksimal untuk masyarakat, sehingga masyarakat miskin yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, otomatis tidak memiliki keahlian yang dapat digunakan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Di Indonesia yang menjadi pekerja rumah tangga pada umumnya dilakukan oleh anak perempuan. Karena bila anak lelaki bekerja menjadi pembantu rumah tangga bayarannya terlalu rendah untuk menghidupi sebuah keluarga, anak lelaki biasanya lebih suka bekerja sebagai pegawai atau karyawan pabrik, selain itu anak lelaki lebih di prioritaskan oleh keluarga sehingga mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari anak perempuan. Di Indonesia selama ini, jasa pekerja rumah tangga tidaklah dianggap sebagai pekerjaan formal melainkan sebagai sebuah hubungan informal antara pekerja dan majikannya. Imbalan atas jasa semacam ini biasanya berbentuk akomodasi, makanan, atau sedikit hadiah uang pada hari raya Idul Fitri, dan bukan gaji tetap. Di dalam tradisi Jawa ada budaya ngenger, dimana sebuah keluarga yang kaya mengajak kerabatnya yang miskin untuk tinggal di rumahnya. Dalam tradisi ini, anak lelaki dan perempuan yang masih muda pergi meninggalkan desa-desa mereka untuk tinggal dengan paman, bibi, atau kenalan yang kaya, dengan pengertian bahwa anak-anak tersebut akan disekolahkan dan dirawat dengan baik. Sebagai balasannya, anak-anak ini diharapkan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Bagaimanapun keadaannya di jaman dulu, praktek-praktek yang berlangsung saat ini sangatlah jauh berbeda dari gambaran romantis di atas. Perempuan sebagai bagian dari warga Negara Indonesia yang akan melahirkan generasi penerus bangsa seharusnya mendapatkan perhatian yang sama dengan lelaki sehingga pembangunan dalam sumber daya manusia dapat seimbang dan adil.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | S1-Final Project > Fakultas Desain > Desain Komunikasi Visual > 2006 |
Divisions: | Universitas Komputer Indonesia > Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia > Fakultas Desain > Desain Komunikasi Visual (S1) |
Depositing User: | Admin Repository |
Date Deposited: | 16 Nov 2016 07:43 |
Last Modified: | 16 Nov 2016 07:43 |
URI: | http://repository.unikom.ac.id/id/eprint/7621 |
Actions (login required)
View Item |