KAMPANYE KELUARGA SADAR GIZI “KADARZI”

Baharuddin, Arif (2006) KAMPANYE KELUARGA SADAR GIZI “KADARZI”. Diploma thesis, Universitas Komputer Indonesia.

Full text not available from this repository.
Official URL: http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=rea...

Abstract

Berita munculnya kembali kasus gizi buruk yang diawali di Propinsi NTT, NTB, Lampung yang diikuti oleh propinsi-propinsi lainnya (termasuk Di Propinsi Jawa Barat) seperti diberitakan Kompas (26/5 dan 27/5 2005) dan media masa lainnya, menunjukkan bahwa masalah gizi masyarakat kita masih rawan, sehingga perlu adanya kepedulian dan solidaritas semua pihak yang menjadi bagian dari bangsa ini. Menurut kalangan para ahli Indonesia, kasus gizi buruk yang melanda berbagai daerah disebut dengan istilah fenomena gunung es yang menggambarkan besaran masalah tersembunyi, jika ratusan kasus gizi buruk muncul kepermukaan, maka dapat diduga ada ribuan anak yang mengalami kasus gizi kurang dan tidak tampak di mata masyarakat. Saat ini Kondisi kesehatan anak Indonesia tergolong rendah dibanding negara-negara ASEAN (Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam, dan Vietnam). Menurut Human Development Index (HDI) posisi Indonesia merosot dari 110 menjadi 112 dari 175 negara. Secara nasional, pada tahun 2003 dari sekitar 5 juta anak balita (27,5 persen) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak (19,2 persen) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3 persen) (Depkes, 2004 mengutip BPS 2003)., yang menurut WHO dikelompokkan sangat tinggi. Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena mengancam kualitas sumberdaya manusia kita dimasa mendatang. Belum lagi hal ini diperburuk oleh krisis moneter dan bencana alam yang terjadi di Indonesia. Sedangkan untuk daerah di Jawa Barat Hingga akhir November, Setidaknya, tercatat dari 18.260 balita, 18.100 anak balita menderita gizi buruk, 143 menderita marasmus (kekurangan kalori), 4 (empat) menderita kwashiorkor (kekurangan Protein), dan 13 anak balita menderita marasmus-kwasiorkor. Dari 25 kabupaten/kota, ada tujuh daerah yang termasuk status gizi buruk tinggi, Tujuh kabupaten/kota itu adalah Kabupaten Bekasi, Bogor, Cianjur, Cirebon, Kerawang, Indramayu, dan Kota Cirebon. Sedangkan daerah yang memiliki jumlah balita dengan gizi buruk terbesar adalah Kota Cirebon dan Kabupaten Cianjur. Menurut Elly Musa (Kepala Seksi Gizi Subdinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, (Bandung Jumat 30/7) Akar masalah dari meningkatnya kasus gizi buruk dan busung lapar adalah ”Kemiskinan, minimnya pendidikan dan informasi, serta ketidakberdayaan kelompok miskin dalam mengakses fasilitas pelayanan kesehatan” Selain itu, meningkatnya kasus gizi buruk yang menimpa anak-anak di Indonesia di sejumlah daerah juga akibat kondisi kultur maupun budaya. Secara tidak langsung budaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang layak memenuhi kebutuhan akan pentingnya gizi bagi pertumbuhan anak baik masih belum menjadi perhatian kalangan orang tua di pedesaan maupun perkotaan. Gizi buruk secara langsung maupun tidak langsung akan menurunkan kecerdasan anak, mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta menurunkan produktivitas. Dari aspek penyebab, gizi buruk sangat terkait dengan kondisi daya beli keluarga, tingkat pendidikan dan pola asuhan gizi keluarga serta keadaan kesehatan. Karena itu perlu perubahan cara pandang orangtua untuk meningkatkan gizi anak. Departemen kesehatan (Depkes) sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab dalam masalah kesehatan masyarakat sebernarnya telah melakukan upaya-upaya kebijakan penanggulangan dan pencegahan gizi buruk. Sesuai dengan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-undang nomor 23 tahun 2002 mewajibkan pemerintah, masyarakat termasuk dunia usaha memenuhi hak-hak anak, yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak. Bukti kokrik kepedulian Depkes dalam menangulangi masalah gizi buruk ialah dengan mengeluarkan RENCANA AKSI NASIONAL pencegahan dan penanggulangan gizi buruk (RAN – PPGB) 2005-2009. Di dalam RAN – PPGB salah satu pokok kegiatan upaya pencegahan (point ke-4) ialah dengan melakukan Promosi keluarga sadar gizi yang bertujuan dipraktikannya norma keluarga sadar gizi bagi seluruh keluarga di Indonesia dengan mempertimbangkan kondisi spesifik lokal, hal ini diharapkan dapat mencegah terjadinya masalah kurang gizi, khususnya gizi buruk.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: S1-Final Project > Fakultas Desain > Desain Komunikasi Visual > 2006
Divisions: Universitas Komputer Indonesia > Fakultas Desain
Universitas Komputer Indonesia > Fakultas Desain > Desain Komunikasi Visual (S1)
Depositing User: Admin Repository
Date Deposited: 16 Nov 2016 07:43
Last Modified: 16 Nov 2016 07:43
URI: http://repository.unikom.ac.id/id/eprint/7797

Actions (login required)

View Item View Item