ANALISIS PENGGUNAAN RUIGIGO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG YANG BERARTI KEADAAN (Studi Analisis Deskriptif Terhadap Ruigigo Jootai,

Kurnia, Wahyudin (2006) ANALISIS PENGGUNAAN RUIGIGO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG YANG BERARTI KEADAAN (Studi Analisis Deskriptif Terhadap Ruigigo Jootai,. Diploma thesis, Universitas Komputer Indonesia.

Full text not available from this repository.
Official URL: http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=rea...

Abstract

Di dalam bahasa Jepang, beberapa kata yang memiliki bunyi ucapan yang berbeda namun memiliki makna yang sangat mirip disebut dengan istilah ‘ruigigo’, keberadaan serta penggunaan ruigigo dalam bahasa Jepang banyak dan luas sekali. Dari sekian banyak ruigigo yang ada, terdapat kata jootai, baai dan guai. Ketiga ruigigo tersebut bila dilihat dari makna leksikalnya, masing-masing mempunyai arti yang berbeda, akan tetapi bila dilihat dari makna gramatikal mempunyai arti yang sama, yaitu “keadaan”. Karena adanya persamaan arti dari tiga kata tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang ruigigo jootai, baai, dan guai. Penulis ingin mengetahui apa makna gramatikal ketiga ruigigo tersebut, bagaimana persamaan dan perbedaan penggunaannya dalam kalimat bahasa Jepang, dan apakah bisa saling menggantikan atau tidak pengunaannya. Metode penelitian yang akan digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah metode penelitian analisis deskriptif. Yang menjadi instrumen pada penelitian ini adalah buku Nihongo Chukkyuu II, Kokugo Daijiten, Ruigo Daijiten dan lain-lain. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari, mengumpulkan, memilih dan menganalisis data-data yang ada. Adapun cara pengkajiannya yaitu dengan cara studi literatur. Setelah menganalisis dan mensubstitusikan ruigigo jootai, baai dan guai, maka di ketahui makna gramatikal, persamaan dan perbedaan penggunaannya. Secara gramatikal jootai, baai dan guai memiliki arti yang sama yaitu menyatakan “keadaan”. Persamaan ruigigo jootai, baai dan guai pada beberapa contoh kalimat tertentu kelihatan bisa saling menggantikan, akan tetapi mungkin maksud dan nuansa yang ingin disampaikan oleh si pembicara menjadi berbeda atau sedikit berubah maknanya. Karena ruigigo jootai dan ruigigo guai itu cenderung menyatakan seseuatu keadaan yang negatif atau sesuatu yang kurang diinginkan oleh si pembicara. Walaupun ketiga ruigigo tersebut mempunyai makna yang sama secara gramatikal, akan tetapi untuk penggunaannya berbeda. Jootai, baai dan guai tidak dapat saling menggantikan begitu saja. Kesimpulannya adalah bahwa untuk mengetahui makna gramatikal ketiga ruigigo tersebut, persamaan, perbedaan serta pemakaiaannya dalam kalimat harus di dukung oleh berbagai macam pernyataan yang di ambil dari berbagai macam buku dan kamus serta pernyataan dari orang Jepang secara langsung. Penulis sarankan dalam pemakaian ruigigo walaupun memiliki arti yang sama, tetapi tidak boleh sembarangan untuk pemakaiannya. Lebih tepatnya lagi kita harus bisa memahami, menguasai dan mempelajari penggunaan ruigigo dengan baik. Penulis rekomendasikan bila ingin meneliti makna mengenai “keadaan” lebih lanjut, sebaiknya ditambah dengan ruigigo jijoo, tsugoo dan yoosu. karena keenam ruigigo tersebut pun mempunyai makna gramatikal yang sama, yaitu “keadaan”.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: S1-Final Project > Fakultas Sastra > Sastra Jepang > 2006
Divisions: Universitas Komputer Indonesia > Fakultas Sastra
Universitas Komputer Indonesia > Fakultas Sastra > Sastra Jepang (S1)
Depositing User: Admin Repository
Date Deposited: 16 Nov 2016 07:43
Last Modified: 16 Nov 2016 07:43
URI: http://repository.unikom.ac.id/id/eprint/8038

Actions (login required)

View Item View Item