Rizki Perdana, Ginanjar (2006) KAMPANYE MENYIKAPI KRISIS PERSEDIAAN AIR BERSIH UNTUK KAWASAN BANDUNG RAYA. Diploma thesis, Universitas Komputer Indonesia.
Full text not available from this repository.Abstract
Air merupakan unsur utama bagi hidup manusia. Manusia mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air manusia akan mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern, air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Semua orang berharap bahwa seharusnya air diperlakukan sebagai bahan yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga terhadap cemaran. Namun kenyataannya air selalu dihamburkan, dicemari, dan disia-siakan. Sumber-sumber air semakin dicemari oleh limbah industri yang tidak diolah atau tercemar karena penggunaanya yang melebihi kapasitasnya untuk dapat diperbaharui. Bila tidak mengadakan perubahan radikal dalam cara memanfaatkan air, maka masalah persediaan air tidak dapat ditangani secara terpisah dari masalah lain. Buangan air yang tak layak dapat mencemari sumber air, dan sumber air tanah yang sering kali tak teratasi. Air buangan industri sering dibuang tanpa melalui proses pengolahan apapun, air tersebut dibuang langsung ke sungai dan saluran-saluran, mencemarinya, sehingga pada akhirnya akan mencemari lingkungan laut. Buangan tersebut dibiarkan saja meresap ke dalam sumber air tanah, kerusakan yang diakibatkan oleh buangan ini sudah melewati proporsi volumenya. Banyak bahan kimia modern begitu kuat sehingga sedikit kontaminasi saja sudah cukup membuat air dalam volume yang sangat besar tidak dapat digunakan untuk minum tanpa proses pengolahan khusus. Perpaduan antara jangkauan yang tidak memadai, layanan yang tidak memuaskan dan pengolahan air limbah yang kurang layak mengakibatkan terjadinya kondisi hidup yang yang tidak sehat. Di jalan-jalan dan tempat-tempat umum berceceran limbah manusia, saluran air mengangkut cairan limbah rumah tangga, dan pasokan air ledeng mengalir tidak teratur, sehingga limbah cair rumah tangga meresap ke dalam pipa pada saat tekanan airnya melemah. Dampaknya terhadap masyarakat terutama anak - anak. Kelangkaan air sudah merupakan kenyataan di banyak negara berkembang yang akan makin memburuk dengan meningkatnya jumlah penduduk. Urbanisasi yang cepat mengakibatkan masalah serius dalam hal penyediaan dan pemeliharaan layanan air dan sanitasi yang pokok di daerah-daerah perkotaan ( Pikiran Rakyat, 6 Januari 2006 ). Air bersih yang layak untuk dikonsumsi masyarakat Bandung Raya berasal dari air tanah dan air PDAM. Sampai saat ini pengambilan air bawah tanah di kawasan Bandung Raya masih cenderung boros, dan tidak terkendali sehingga terdapat beberapa daerah yang sudah mengalami krisis air, meliputi Kota Bandung bagian barat, Bandung bagian selatan, dan seputar Batujajar. Luas daerah kritis tersebut sudah mencapai 33.04 km persegi, selain itu terdapat daerah rawan yang meliputi seluruh Kota Bandung dan beberapa daerah di Kabupaten Bandung, luasnya sudah mencapai 63.09 km persegi. Tidak dilakukannya konservasi daerah – daerah resapan air utama, baik di Kota dan Kabupaten Bandung maupun Cimahi. Akibatnya ketika hujan, air terbuang sia – sia karena tidak bisa kembali kedalam tanah. ( Lambok Hutasoit, Pikiran Rakyat, 13 April 2006 : 25 ). Kawasan Bandung Raya kini berkembang menjadi salah satu kota besar di Indonesia. Kepadatan penduduk yang pesat baik dari penduduk lokal maupun pendatang-pendatang yang tinggal di kawasan Bandung Raya saat ini, pemukiman yang tidak teratur menyebabkan timbulnya masalah-masalah baru, salah satunya adalah masalah krisis air bersih. Yang saat ini kondisinya kian hari semakin tambah parah bahkan cenderung mengkhawatirkan, dan hal itu disebabkan oleh pencemaran baik itu dari limbah pabrik maupun limbah rumah tangga yang mencemari langsung sungai – sungai di kawasan Bandung Raya, pembuangan sampah ke dalam sungai, tindakan warga Kota Bandung mendirikan sumur – sumur pompa isap, tata ruang kota Bandung yang tidak teratur, dan penebangan pohon di sekitar daerah hulu sungai. Kondisi itu semakin buruk dengan penebangan pohon-pohon baik di kota Bandung maupun Kabupaten Bandung dengan alasan perkembangan kota, yang membuat penyerapan air ke dalam tanah semakin sulit, dan menimbulkan masalah baru yang merusak lingkungan di kota Bandung dan Kabupaten Bandung khususnya masalah krisis air bersih. Penyaluran air bersih PDAM kepada masyarakat Kota Bandung berasal dari sumber mata air yang ada di sekitar Kawasan Bandung Raya, seiring pertumbuhan Kota Bandung maka permintaan air bersih dari tahun ke tahun tetapi pelayanan PDAM justru jauh dari apa yang diharapkan seperti kebocoran pipa air yang mengakibatkan terhentinya pasokan air ke pelanggan, dan perbaikan yang dilakukan membutuhkan waktu yang cukup lama, penyaluran air yang bergantian, dan lain- lain. Hal ini membuat masyarakat kota Bandung sebagai konsumen merasa dirugikan tetapi tidak bisa menyalahkan PDAM terus menerus karena bagaimanapun secara disadari ataupun disadari konsumsi masyarakat akan kebutuhan air bersih yang cukup boros. Maka dari itu, diharapkan dengan adanya “kampanye menyikapi krisis persediaan air bersih di kawasan Bandung Raya””, masyarakat yang tinggal di kawasan Bandung Raya menjadi peduli, dan sadar terhadap kondisi air bersih di kawasan Bandung Raya saat ini. Proyek kampanye ini dimaksudkan untuk menginformasikan, dan mengajak bagaimana cara untuk menyikapi krisis persediaan air bersih di kawasan Bandung Raya.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | S1-Final Project > Fakultas Desain > Desain Komunikasi Visual > 2006 |
Divisions: | Universitas Komputer Indonesia > Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia > Fakultas Desain > Desain Komunikasi Visual (S1) |
Depositing User: | Admin Repository |
Date Deposited: | 16 Nov 2016 07:44 |
Last Modified: | 16 Nov 2016 07:44 |
URI: | http://repository.unikom.ac.id/id/eprint/8101 |
Actions (login required)
View Item |