PERANCANGAN BUKU PANDUAN OBJEK WISATA GEDUNG PERUNDINAGN LINGGARJATI KUNINGAN

Umbara, Tri (2005) PERANCANGAN BUKU PANDUAN OBJEK WISATA GEDUNG PERUNDINAGN LINGGARJATI KUNINGAN. Diploma thesis, Universitas Komputer Indonesia.

Full text not available from this repository.
Official URL: http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=rea...

Abstract

Sejarah adalah merupakan sesuatu yang pernah terjadi dalam waktu silam, dan merupakan sesuatu yang mempunyai nilai berarti bagi seseorang atau kelompok dalam lingkungan atau daerahnya masing-masing. Mempelajari Sejarah berarti memahami atau berdialog dengan masa lalu. Sejarah bisa juga berarti rekonstruksi masa lalu. Orang bijak katakan Belajarlah dari Sejarah, sementara Cicero katakan Sejarah adalah guru yang terbaik, dan menurut Confusius Sejarah mendidik kita supaya bertindak bijaksana. Secara Intrinsik kegunaan Sejarah adalah sebagai ilmu, cara mengetahui masa lalu, pernyataan pendapat dan sebagai profesi. Sementara secara Ekstrinsik Sejarah berguna sebagai pendidikan (pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan dan keindahan serta sebagai ilmu bantu). Selain itu berguna sebagai latar belakang, rujukan dan sebagai bukti. Dalam kajian Sejarah periode 1942 sampai masa kini disebut sebagai periode Sejarah Indonesia Kontemporer, dari periode ini Sejarah Bangsa Indonesia mengalami banyak kejadian penting, salah satunya adalah terjadinya Perundingan Linggarjati pada tahun 1946. Pada saat ini tempat atau gedung perundingan tersebut menjadi sebuah Museum Memorial dengan nama Museum Perundingan Linggarjati. 1.2. Identifikasi Masalah pada saat ini kesadaran masyarakat akan Sejarah masih perlu ditingkatkan, tempat-tempat bersejarah seperti museum, monumen, peninggalan purbakala dan lain-lain keadaannya sangat memprihatinkan, jumlah pengunjung atau wisatawan ketempat-tempat tersebut sangat rendah, bahkan masyarakat tidak memperdulikan keberadaan, kelestarian dan keindahan tempat-tempat bersejarah tersebut. Di Museum Perundingan Linggarjati pun keadaanya perlu ditingkatkan, museum sebagai pusat ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian dan sebagainya tidak nampak di Museum Perundingan Linggarjati ini. Masyarakat yang berkunjung kurang mendapat informasi dan pengetahuan seputar museum ini dan tidak jelasnya rambu petujuk yang memudahkan pengunjung untuk mengetahui tentang keadaan dan situasi di gedung tersebut. Terutama bagi pelajar yang membutuhkan informasi mengenai sejarah, hasil perundingan, isi dan riwayat gedung dan lain sebagainya, juga susahnya untuk mendapatkan informasi langsung seperti wawancara dengan petugas gedung yang mengetahui banyak tentang museum tersebut. Gedung perundingan yang pernah dipakai dalam Perundingan Linggarjati sekarang dikenal dengan Gedung Perundingan Linggarjati, dan telah dijadikan Museum Memorial atau museum kenangan. Pada tahun 1946 gedung yang merupakan hotel ini dipakai untuk perundingan antara Indonesia dan Belanda. Yang pada akhirnya pada tahun 1976 gedung ini dijadikan museum yang mana sebelummya sempat dijadikan sebagai sekolah. Gedung perundingan ini terletak di desa Linggajati Kecamatan Cilimus kabupaten Kuningan yang terletak pada ketinggian 400 m. dari permukaan laut. Perundingan ini diadakan di Linggarjati karena tempat yang strategis, antara Jogjakatra dan Jakarta, dan tempatnya nyaman. Perundingan ini merupakan perundingan antara Indonesia dan Belanda yang ditengahi oleh Inggris sebagai wakil dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perundingan ini berjalan alot dan menghasilkan 17 pasal dan tiga buah isi pokok Perundingan Linggarjati.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: D3 Tugas Akhir > Desain Komunikasi Visual > Desain Grafish > 2005
Divisions: Universitas Komputer Indonesia > Perpustakaan UNIKOM
Depositing User: Admin Repository
Date Deposited: 16 Nov 2016 07:42
Last Modified: 16 Nov 2016 07:42
URI: http://repository.unikom.ac.id/id/eprint/6752

Actions (login required)

View Item View Item