Bin Mahmud, Romli (1999) Fosil geologi sebagai ide dasar bagi ekspresi karya Seni Rupa.
Full text not available from this repository.Abstract
Fosil geologi sebagai ide dasar bagi ekspresi karya seni rupa Oleh Romli Bin mahmud Fosil geologi sebagai ide dasar bagi ekpresi karya seni rupa, sub judul: Mengeksplorasi bentuk fosil dalam penciptaan karya dengan menggunakan media campuran sebagai penafsiran pribadi terhadap nilai geologi ke dalam karya Seni Rupa. Laporan penelitian dan penciptaan karya proyek akhir Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung, bandung April 1999. Latar belakang proyek akhir, bermula dari mata kuliah SM 614 Studio I dan SM 713 Stusio II dari kedua mata kuliah tersebut, penulis telah mendekatkan perhatian pada fosil sebagai tema (subject matter). Pada tahap awal penampilan karya, dengan eksperimen-eksperimen yang sederhana, penulis belum mendalami subyek fosil dengan penelitian yang memadai untuk menemukan suatu arah konsep-konsep karya yang jelas. Ekoran dan ketertarikan awal ini, penulis merasakan perlu membuat satu penelitian yang terstruktur ke dalam disiplin geologi dan pleontologi terutama dengantekad meneliti obyek fosil secara faktual menurut disiplin yang mendasarinya. Dengan yang demikian, dalam Proyek Akhir Studio; SM.720 ini, yang mempunyai obyektif utama untuk mencipta sejumlah karya seni rupa, maka penelitian tersebut dapat dilaksanakan. Namun, dalam penelitian lapangan, penulis tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang mendasar seperti kurangnya data-data fosil dalam himpunan musium geologi, sifat presentase yang protektif dalam musium, dan kesibukan publik (crowd) dalam musium. Dengan itu, penulis turut mengutamakan data-data sekunder secara kepustakaan, karena fosil adalah satu subyek yang universal, langka, dan penemuannya dalam lokasi menyebar di seluruh dunia. Bertolak dari obyektif penciptaan, yang tidak dapat dialokasikan secara pasti, sebelum terciptanya konsep-konsep karya, maka penelitian dilakukan dengan melihat poyensi-potensi secara teori dan visual untuk menarik rumusan dan dijabarkan sebagai konsep.Penelitian awal terhadap obyek fosil, dengan mengobservasi langsung fosil dalam berbagai texsonomy dan kelas di Musium geologi bandung dan data-data kepustakaan. Dari pengamatan pada wujud fosil yang unik dan menarik dengan berbagai karakter bentuk, warna, tektura dan garis yang kompleks dan teratur memberi kesan estetis yang cukup berarti kepada penulis. Bertolak dari kesan estetis ini, timbul suatu tanggapan bahwa fosil dalam Disiplin Geologi mempunyai nilai keindahan yang dapat diinterpretasikan sebagai karya seni secara alami dan seterusnya dapat ditransformasikan ke dalam penciptaan karya dalam Seni Rupa. Dasar pemikiran untuk mencipta karya dengan mengacu pada nilai keindahan fosil adalah satu pernyataan sikap kepedulian penulis terhadap suatu fase hidupan masa lampau yang bernilai Geologis. Dalam disiplin Geologi, fosil diberi arti yang amat besar dalam sejarah kejadian bumi karena menerusi metode analisis stratigrafi, fosil dapat memberi indikasi tentang kehidupan, alam dan lingkungan dalam suatu kala tertentu. Oleh yang demikian, ketertarikan penulis terhadap fosil sebagai dasar permasalahan dalam karya seni adalah satu usaha mengevaluaskembali hidupan lampau yang telah menjadi fosil ke dalam persfektif seni rupa.Fosil menjadi subyek penelitian yang tidak pernah habis hingga sekarang. Banyak penelitian secara geologis dilakukan dengan metode saintifik guna mengungkap rahasia di sebalik fosil untuk mengetahui topografi, stratigrafi, sedimen atau konglomerat mineral, spesis hidupan dan lingkungan. Secara lebih jauh kajian geologis terhadap fosil dapat memberi petunjuk yang berguna ihwal mengungkap kehidupan masa lalu untuk dimanfaatkan ke dalam ilmu pengetahuan masa kini dan akan datang. Dengan demikian, fosil yang dipamer di Musium Geologi membawa pesan sejarah yang berguna bagi manusia masa kini untuk diteliti menerusi pelbagai disiplin dan metode. Dasar pemikiran ini turut menjadi latar belakang masalah bagi penulis untuk digarap ke dalam perspektif kesenirupaan. Permaslahan fosil adalah wujud kepurbaan, penemuan sejarah sisa kehidupan yang langka atau punah sebagai bukti dalam suatu kala tertentu pernah mendiamu bumi. Fosil-fosil dalam kala yang tua mempunyai perbandingan sejarah yang jauh lebih lama berbanding dengan cikal bakal manusia mendiami bumi. Sebelum memfosil, hidupan tersebut berada ratusan juta tahun lebih awal dalam suatu sistem alam dan lingkungan yang berbeda dengan lingkungan kehidupan manusia. Dengan meneliti, mengapresiasi, menganalisis dan mentransformasi pada karya seni, berarti menghubungkan kembali minda manusia dari frame pemikiran modern ke dalam permasalahan hidupan masa lalu. Hal yang demikian dapat menghadirkan persoalan-persoalan tentang hidupan dan kehidupan di alam semesta. Dari rumusan-rumusan penelitian, analisis dan sintesis, akhirnya dapat dijabarkan kepada konsep karya dengan empat konsep inti yaitu reinterpretasi, remekanisme, teks sejarah dan konsep filosofis. Konsep menjadi syarat dan acuan yang mengarah kepada pembentukan karya melalui tahap demi tahap sehingga terbentuknya sejumlah karya dengan bentuk, bidang, dan dimensi yang mengindekasikan reinterpretasi dan mekanisme fosil. Seterusnya dengan analisis hermeneutik yang lentur dan fleksilbel, karya diukur dengan penilaian yang relevan dalam aspek bentuk dan isi yang menyangkut pemaknaan secara estetik, untuk mengangkat makna dari batasan geologis kepada kelenturan makna dalam perspektif seni rupa.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | Collections > Koleksi Perpustakaan Di Indonesia > Perpustakaan Di Indonesia > JBPTITBPP > S2-Theses > Fine Arts And Design > Design > 1999 |
Divisions: | Universitas Komputer Indonesia > Perpustakaan UNIKOM |
Depositing User: | Admin Repository |
Date Deposited: | 16 Nov 2016 07:37 |
Last Modified: | 16 Nov 2016 07:37 |
URI: | http://repository.unikom.ac.id/id/eprint/2783 |
Actions (login required)
View Item |