Fatem, Agustinus (2000) Studi peningkatan taraf hidup transmigran lokal asli Papua di wilayah transmigrasi Arso Kabupaten Daerah Tingkat II Jayapura.
Full text not available from this repository.Abstract
Salah satu tujuan penyelenggaraan program transmigrasi di Indonesia adalah meningkatkan taraf hidup transmigran dan penduduk sekitar. Dalam konteks peningkatan taraf hidup penduduk sekitar, program transmigrasi merupakan sarana yang dapat diandalkan dalam rangka upaya menanggulangi permasalahan spesifik di daerah penempatan transmigran. Hal ini terlihat jelas dalam kebijaksanaan Pemerintah Daerah Irian Jaya yang bertujuan menjadikan program transmigrasi sebagai sarana peningkatan taraf hidup, cara hidup maupun ketrampilan penduduk lokal khususnya dalam bidang pertanian dengan strategi membaurkan para transmigran dan penduduk lokal melalui program APPDT. Harus diakui bahwa pelaksanaan transmigrasi di Irian Jaya telah berperan secara berarti dalam menerobos keterisolasian fisik wilayah sehingga tercipta pusat-pusat pertumbuhan dan produksi yang telah menambah dan memberikan hasil-hasil pertanian. Namun justru permasalahan dan tantangan yang dihadapi jauh lebih berat. Persoalan yang relevan dalam studi ini adalah apakah keberhasilan tersebut telah diikuti pula dengan peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar khususnya transmigran lokal asli Papua yang pada umumnya hidup dalam keterbelakangan dan kemiskinan ? Mengacu pada latar permasalahan tersebut di atas maka studi ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana transmigran lokal asli Papua di wilayah Arso telah meningkat taraf hidupnya, kemudian memberikan masukan bagi pengembangan program transmigrasi guna meningkatkan taraf hidup transmigran penduduk asli Papua di masa mendatang. Studi ini dilaksanakan terhadap 89 KK transmigran lokal asli Papua yang tersebar di 9 lokasi permukiman transmigrasi di wilayah Arso. Kajian peningkatan taraf hidup dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif berdasarkan hasil survei primer dan sekunder yang terkait dengan kondisi kehidupan transmigran lokal asli Papua sebelum transmigrasi dan kondisi saat ini mencakup aspek-aspek: perubahan pola hidup (kebiasaan meninggalkan lokasi, kebiasaan hidup berorganisasi, cara dan orientasi usahatani), pendapatan (total pendapatan/tahun, kelompok miskin menurut pendapatan/kapita/tahun setara beras), pendidikan (angka partisipasi pendidikan usia 7 – 15 tahun, angka melek huruf penduduk usia > 15 tahun), dan kesehatan (status gizi balita, tingkat balita sakit). Hasil studi yang diperoleh adalah transmigran lokal telah mengalami peningkatan taraf hidup dalam aspek pendapatan, pendidikan dan kesehatan, tetapi belum mengalami perubahan pola hidup, sehingga program transmigrasi telah berhasil menanggulangi masalah kemiskinan namun belum menyentuh permasalahan keterbelakangan. Kendai transmigran telah lama tinggal menetap tetapi tidak terlibat aktif dalam kegiatan organisasi dan masih melakukan aktifitas tani secara tradisional sebagaimana di desa asal. Keadaan tersebut antara lain disebabkan adanya beban psikologis (rasa curiga, minder) sebagai akibat dihadapkan (ditempatkan dengan pola sisipan) dengan transmigran daerah asal yang kebudayaannya secara teknologi dan ekonomi lebih tinggi. Akibatnya transmigran lokal menutup diri dan mengalami keterasingan yang menghambat keterlibatan dalam kegiatan organisasi. Selain itu perencanaan dan pembinaan transmigran yang mengacu pada budaya pertanian transmigran daerah asal (Jawa) merupakan penyebab tidak terjadinya perubahan cara dan orientasi usahatani. Kesemua penyebab tersebut lebih diperparah dengan kurangnya perhatian dan pembinaan pemerintah (petugas transmigrasi dan instansi teknis terkait). Oleh karena itu pengembangan program transmigrasi di masa datang dalam rangka implementasi otonomi daerah guna meningkatkan taraf hidup transmigran lokal asli Papua hendaknya diarahkan pada : peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia, dengan prioritas pemberdayaan (peningkatan kualitas) penduduk asli secara berimbang antara aspek sosial ekonomi dan budaya agar memiliki kemampuan dasar yang memungkinkan mereka siap menerima transmigran non lokal yang datang/didatangkan kemudian. Selain itu, ke depan program transmigrasi hendaknya dilaksanakan dalam kerangka upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui pengembangan kegiatan ekonomi yang dapat menghasilkan produk unggulan yang terkait dengan pembangunan wilayah dan sistem administrasi pembangunan Pemerintah setempat. Hasil studi ini juga mengandung implikasi kebijaksanaan penataann permukiman guna mewujudkan integrasi masyarakat secara harmonis. Di sini perencanaan dan pembinaan transmigran hendaknya disesuaikan dengan budaya orang Papua agar terjadi transformasi sosial budaya. Permukiman penduduk asli beserta lahannya agar diletakkan terpisah dengan transmigran daerah lain, agar tidak terjadi kejutan budaya, tidak terwujud hubungan konflik, bahkan dapat memperkaya identitas etnik Papua.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | Collections > Koleksi Perpustakaan Di Indonesia > Perpustakaan Di Indonesia > JBPTITBPP > S2-Theses > Management And Planning > Regional And City Planning > 2000 |
Divisions: | Universitas Komputer Indonesia > Perpustakaan UNIKOM |
Depositing User: | Admin Repository |
Date Deposited: | 16 Nov 2016 07:35 |
Last Modified: | 16 Nov 2016 07:35 |
URI: | http://repository.unikom.ac.id/id/eprint/846 |
Actions (login required)
View Item |